Gendengkamu aku ini kan ibu tirimu, katanya berdalih. Ibu tiri yang cantik dan seksi, puji dan rayuku. Gombal kamu, serunya dengan wajah agak merah pertanda rayuanku mengena. Mbak Winda, aku terus berusaha,coba bayangkan Bapak sedang ML sama Mama Lela sekarang dan sementara Mbak Winda nganggur di sini. Kemudiandia berlalu sambil tersipu. Malemnya, Narti papasan ma aku ketika dia mo kembali ke kamarnya. "Mo merintih lagi Ti", godaku. "Ah mas nggodain Narti aja nih, kan malu, mana diintip lagi". "Abis kedengaran, aku kira kamu sakit, gak taunya lagi nikmat. Kok dadakan ngilik sih". "abis liat mas tlanjang". BacaJuga : Cerita Dewasa Menikmakti Pembantu Tetangga Yang Sungguh Binal. Jujur saja, kalau bukan karena pengaruh obat kuat yang aku minum, Mungkin aku sudah muncrat, dan sudah tidak sanggup lagi bertahan mengimbangi goyangan pantat Buk Melisa yang begitu liar. "Oh.. satyyooo.. Ibu.. sudah nggak sanggup lagi.., Ibu mau keluuarr". "Ayo.. CeritaDewasa ML Bersama Ibu Kandung - Perkenalkan namaku tini dan aku sudah berumu 49 tahun, kini aku tinggal di kota Cirebon. Biasanya para tetanggaku dan warga setempat tinggalku memanggil ku dengan sebutan bu Haji. Ya, di blok komplek rumahku ini, hanya aku dan suami yang sudah naik Haji. Suamiku sudah pensiun dari Departemen Luar Negeri. pJBdY5F. WebSatu adalah ibu angkatku yang selama ini menjadi partner seks tetap dan satunya lagi adalah dosen akuntansiku di kampus. Bu Siska punya buah dada besar, bisa untuk. WebCerita Sex – Ibu Rumah Tangga Ketagihan Selingkuh, Aku tinggal di kompleks perumahan elit di Yogyakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai Pegawai Negeri. WebBaiklah, ibu angkat, aku bertekat akan membuatnya berteriak-teriak dan memohon supaya aku segera dan lagi dan lagi menyetubuhinya, akan kubuat calon mertuaku ini mengemis. WebSaat itu ibu akan bangun waktu ayah bersiap berangkat ke kantor untuk mempersiapkan sarapan dan pakaian ayah. Mereka akan sarapan bersama. Aku biasanya selesai mandi. Cerita Dewasa Ibu Angkat, 3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang Cerita Romantis, MB, 1621, 112,289, Modal Nekat Cerpen, 2022-06-11T1200 3, Ibu Melani sang ibu Direktur Cerita Dewasa - Eka Series PART 2 - YouTube, 1280 x 720, jpeg, , 20, cerita-dewasa-ibu-angkat, KAMPION WebSafiq yang tidak mengetahui kalau Anis akan mencapai puncak, terus menghisap kuat-kuat disana. “Uuhh…” didengarnya sang ibu angkat melenguh sambil menghentak-hentakkan. WebAdik Indra hanya bertahan hidup selama 4 hari saja karena organ-organ tubuhnya belum sempurna. Sang ibu meninggal setelah berjuang keras 3 hari setelah adiknya meninggal.. WebCerita Dewasa Mengajak Bersetubuh dengan Ibu. Rumah ini kembali menemukan kehangatannya. Seisi rumah dipersatukan dalam kegembiraan. Bayi lucu itu menjadi. WebIbu Sania sebagai koordinator Uusan Dapur dan aku koordinator pemuda pemudi yang bertugas sebagai pager ayu dan pager bagus serta petugas kebersihan yang tugasnya. WebCerita Dewasa Nikmatnya Penis Ayah Angkat Ku Hingga pada suatu hari kami di tinggal pergi selama seminggu oleh mama dan juga adikku, mereka ada acara keluarga di luar. WebBegitulah, sampai siang, Safiq terus menyusu di bongkahan payudara Anis, sang ibu angkat yang masih berusia muda, tidak lebih dari 30 tahun. Dengan payudara yang masih mulus. WebAnis pun menarik kepala bocah itu dan ditaruhnya kembali ke atas gundukan sampai siang, Safiq terus menyusu di bongkahan payudara Anis,. WebCERITA DEWASA PUNYA IBU TIRI ITU TERNYATA ENAK Bokep Jepang September 24, 2018 FilmBokepJepang – Namaku Kemal, lahir di kota Tegal 25 tahun yang lalu. Aku. WebBaiklah, ibu angkat, aku bertekat akan membuatnya berteriak-teriak dan memohon supaya aku segera dan lagi dan lagi menyetubuhinya, akan kubuat calon mertuaku ini mengemis. Tentang 3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang Cerita Romantis populer Source Ku antar mama angkatku ke Kamar Cerita romantis Pernikahan trending Source perlu diketahui tentang Cerita Dewasa Ibu Angkat yg bisa anda simak3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang Cerita RomantisSetiap pulang sekolah aku tak terlalu banyak bermain, aku sudah bukan anak kecil lagi menghabiskan waktu diluar. Membereskan rumah, membantu pekerjaan ibu bahkan ikut membantu tugas-tugas sekolah ibu sudah menjadi rutinitas sehari-hariku.viral ceritapendek ceritamotivasiMampir juga ya di channel komunitas kami Sobat Dumay Bercerita Modal Nekat Cerpen Link video cerita pendek,kisah nyata,cerita romantis,cerpen romantis bikin baper,cerpen cinta,cerita romantis pendek,kisah cinta romantis,cerpen romantis,cerita,cerita cinta,cerpen romantis terbaru,cerpen,cerita cintaku,novel romantis,cerita pendek romantis,cerita pendek remaja,cerita motivasi,cerita cinta romantis,kisah romantis,viral,cerita pendek cinta,cerita pendek cerpen,cerita cerpen romantis,3 Proyekku Bersama Ibu Akhirnya Tumbuh Berkembang-~-~~-~~~-~~-~- Please watch "Part 10 Kalau Mas Mau Pakai Kode Aja" -~-~~-~~~-~~-~- Ibu Melani sang ibu Direktur Cerita Dewasa - Eka Series PART 2 - YouTube sedang viralPicture from Bercocok tanam bersama ibu Nisa Cerita Dewasa PART 3 - YouTube Picture from Related image Kecantikan, Gadis cantik, Wanita cantik trendingPicture from Hangat - cewek cantik manis trendingPicture from Cerita Sex Pembantu Kos – Telegraph viralPicture from Cerita Dewasa, Ibu Kosku Yang Punya Apem Sempit Karyakarsa trendingPicture from Cerita Dewasa Ibu Berhijab Ungu updatePicture from Kasihku buat Nabila Mak Buyong sudah 36 weeks.... populerPicture from PANDORAQQ ML Sama Ibu Boss Diruang Kerja Kantor viralPicture from Cerita Dewasa, Ibu Kos Ku Yg Kurang Balaian Dari Suami Karyakarsa populerPicture from Perkenalkan namaku Andre. Aku hidup di keluarga biasa saja di sebuah kota yang berjarak sekitar 100 km dari ibukota propinsi. Ayahku seorang Guru dan ibuku hanya sebagai ibu rumah tangga. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku seorang perempuan yang kini kuliah semester 3 di perguruan tinggi ternama di negeri kami berdua memang agak jauh. Aku sendiri masih duduk di kelas VI SD. Kehidupanku seperti anak biasanya, hanya saja mulai akhir kelas V ada sesuatu yang aneh terjadi. Aku sesekali ngompol tetapi yang kukeluarkan bukan air kencing tetapi sesuatu berwarna putih yang mempunyai bau khas. Karena takut atau malu aku tidak menceritakannya pada yang aneh juga, kemaluanku sering berdiri ketika melihat wanita-wanita cantik. Apalagi yang usianya jauh di atasku. Tidak jarang ibu-ibu. Mungkin aku mengidap Oedipus complex ya. Tapi kala itu aku masih tidak tahu apa-apa, pernah juga aku melihat burungku ketika berdiri, kutarik kulup burungku ketika berdiri sehingga bagian dalamnya tersembul lingkungan rumahku aku mempunyai seorang teman dekat. Namanya Arifin, kami setingkat dalam sekolah akan tetapi berbeda tempat. Rumahnya juga tidak seberapa jauh, hanya beda 5 rumah saja. Ayahnya seorang tentara yang sering dinas keluar kota. Kamis sering bermain dan belajar itu minggu pagi, di lingkungan kami diadakan kerja bhakti menyambut musim hujan yang sudah tiba. Aku tidak mengikutinya, hanya bermain dengan si Arifin di teras rumahnya. Ibunya juga sibuk menghidangkan kopi dan snack sebagai ganti suaminya yang tidak ikut karena dinas di luar kota. Tidak kusadari aku memperhatikan bu Iskandar, ibunya Arifin ketika lewat sambil membawa gelas dan mug sisa kopi.“Heh, ndelok’i opo Ndre? Heh, Liatin apa kamu? Tanya Arifin mengagetkanku. “Nggak Fin, ga opo-opo” Nggak kok Fin, Nggak apa-apa jawabku. “Halah, koen nek ndelog ibuku mripatmu koyok arep mencolot” Ah, kamu kalo liat ibuku matamu kayak mau copot gitu ujarnya lagi. Aku hanya tersenyum. “Eh, kapan koen arep sunat Ndre?“Eh, kamu kapan mau di khitan Ndre? tanyanya lagi. “Embuh Fin, wedhi aku, jarene loro” Nggak tau Fin, aku takut, katanya sakit jawabku. “Lha koen dewe kapan?” Lha kamu sendiri kapan? tanyaku balik. “Lho nek aku wis mari yo.. biyen jarene pas aku umur 2 taun” jawabnya. Lho, kalo aku sudah, dulu katanya waktu aku umur 2 tahun “Iya ta?“tanyaku lagi. “Iyo, malah manukku wis iso metu pejuh’e” Iya, malah burungku dah bias mengeluarkan mani jawabnya. Pembicaraan kami terhenti ketika bu Is lewat. “Fin, aku nang pasar yo. Ojo nang endi-endi, aku ga gowo kunci” Fin, aku ke pasar ya, jangan kemana-mana, aku ga bawa kunci ujar bu Iskandar kemudian berlalu.“Eh, pejuh iku opo Fin?” Eh, mani itu apa tanyaku. Akhirnya temanku itu menjelaskannya dan bisa kutarik kesimpulan bahwa yang kukeluarkan ketika mimpi itu adalah pejuh Sperma alias air mani. “Berarti pelimu wis iso ngaceng yo Ndre?” Berarti burungmu sudah bisa berdiri ya Ndre Tanya Arifin sambil mengangguk. “Edan koen Ndre, jare ibuku, iku baru iso nek wis sunat, tapi koen during sunat wis iso.. eh wis tau coli ta” tanyanya. Gila kamu, kata ibuku hal itu baru bias kalo kamu sudah dikhitan, tapi kamu belum, eh udah pernah onani ta?”Opo iku” jawabku. “Liane mimpi, pejuh iku iso ditokne dewe, ga ngerti ta?“Selain lewat mimpi, mani itu bias dikeluarin sendiri, kamu tahu nggak? Tanya temanku itu. Aku hanya menggeleng. “Beh, wenak Ndre rasane.. aku yo ketagihan, meh ben dino aku ngene” Wah, enak Ndre rasanya, aku juga ketagihan, hamper tiap hari aku ginian jawabnya sambil menunjukkan tangannya yang mengadegankan dari temanku itu aku tau cara onani yang akhirnya jadi bagian dari kehidupan masa kecilku. Suatu hari, ketika itu liburan Cawu II aku bermain di rumahnya Arifin. Setelah lelah bermain monopoli, kami pun ngobrol. Entah kenapa tiba-tiba arah pembicaraan kami ke hal yang berbau sex. “Eh, koen nek coli sering mbayangne sopo Fin?“Eh, kamu kalo onani sering membayangkan siapa? tanyaku. Temanku itu tersenyum. “akeh Ndre, hamper semua ibu-ibu di sini tau dadi imajenasiku” Banyak Ndre, hampir semua ibu-ibu disini pernah jadi bahan imajenasiku jawabnya sambil tersenyum. “Berarti ibuku yo tau Fin” Berarti ibuku juga pernah? tanyaku. “Yo jelas lah Ndre.. ibumu iku top! Susune guedhe, sering ga gawe BH kan yo” Ya jelaslah Ndre. Ibumu itu top banget, payudaranya besar, sering ga pakai BH kan ya? jawabnya lagi yang membuatku cemberut. “Halah, ga usah ngamuk Ndre.. koen yo paling sering mbayangne ibuku” Halah, nggak usah marah Ndre, kamu juga paling sering membayangkan ibuku ujarnya lagi.“He eh.. iya” jawabku menyadari kenyataan. “Nek susune ibuku cilik Ndre” Kalo ibuku payudaranya kecil Ndre ujarnya lagi. “Kok weruh koen?” Kok kamu tahu pancingku. “eh, aku sering ngintip ibuku adhus” Iya aku sering ngintip ibuku waktu mandi jawabnya sambil setengah berbisik. “Gendeng kon” Gila kamu kehidupan masa kecilku, normal-normal saja sampai ketika aku memasuki kelas 1 SLTP. Aku dan Arifin masih tidak satu sekolah sekolah. Hingga suatu hari terdapat acara di sekolahku sehingga baru pukul pagi semua siswa dipulangkan. “Pak Mo, ga mungkin jemput kl jam segini” pikirku. aku pun berjalan kaki langkahku ketika mendekati rumah Arifin, temanku. Pandanganku tertuju pada becak pak Mo yang terparkir di depan rumah. Lingkungan kami memang tergolong sepi kalau pagi hari. Banyak yang bekerja meskipun itu para ibu-ibunya. Pak Mo itu sendiri adalah tukang becak yang biasanya antar jemput aku dengan Arifin di kampung sebelah. “Mungkin si Arifin juga udah pulang” pikirku. Aku segera mampir ke rumah yang sepi itu. Tidak ada tanda-tanda ada pemiliknya. Pak Mo sendiri memang sering diminta tolong warga sekitar untuk membantu bersih-bersih atau hanya sekedar mengangkat sampah atau membeli elpiji. Karena pintu utama terkunci aku akhirnya ke samping rumahnya Arifin yang tembus di bagian belakang rumah terdengar suara di salah satu kamar yang biasanya digunakan Bu Is setrika. Entah kenapa saat itu aku penasaran. Aku berjalan seperti maling, mengendap-endap menuju asal suara itu. Pintu ruangan itu sedikit terbuka. Suara itu semakin jelas. Suara seperti orang kepedesan dengan nafas yang aku terkejut ketika melihat bu Iskandar sedang menaiki tubuh pak Mo yang tergolek beralaskan tikar. Pinggul wanita yang masih memakai daster itu bergoyang maju mundur kadang-kadang diputarnya. Mulutnya meracau. Sedangkan pak Mo tidak melepas seluruh bajunya hanya celananya saja yang saat kemudian desahan bu Is semakin kencang. “SSStttsss… ooccchh… aku arep metu pak… aku arep metu pak… ooocccchhhhhh” SSStttsss… ooccchh… aku mau keluar pak… aku mau keluar pak… ooocccchhhhhh jerit bu Is.. tubuhnya mengejang, kepalanya sampai menengadah. Matanya saat kemudian tubuh bu Is ambkruk di sebelah pak Mo. Baru itu kemaluan pak Mo terlihat jelas. “Ayo pak, ndang tokne wis”Ayo pak, cepet keluarin wis kata bu Is dengan suara berat. “Ojo suwi-suwi.. aku wis metu kok” Jangan lama-lama, aku dah keluar/klimaks kok kata bu Is sambil mengakangkan kedua kakinya ketika pak Mo berlutut di menyibakkan dasternya sampai ke perut sehingga bagian kewanitaan bu Is sekilas terlihat olehku yang lalu tertutup tubuh pak Mo yang menindihnya. Hanya beberapa menit kulihat pak Mo pun mencapai puncak kenikmatannya. Sejenak mereka terdiam. Aku yang menyaksikannya semakin terangsang. Itu pertama kali aku melihat adegan kedua orang itupun berdiri. Kulihat kemaluan pak Mo yang masih terbungkus kondom itu sudah mulai melemas. “Buang kondomnya jauh ya pak” ujar bu Is sambil menyerahkan celana pak Mo supaya lelaki itu cepat memakainya. “Inggih bu” Iya bu sesaat kemudian pak Mo beranjak. “Jangan lupa tutup pintunya pak” pesan bu Is yang tidak dijawab oleh lelaki kemudian aku mulai bingung, bagaimana kalo wanita itu mengetahui keberadaanku di sana. Tapi sejenak kupikir, kenapa aku yang bingung, harusnya wanita itu yang bingung karena aku tahu perselingkuhannya dengan pak Mo. Kemudian aku mendengar suara orang mandi yang pasti bu Is. Aku segera melompat keluar rumah itu segera tetapi di jalan aku bertemu si Arifin yang berjalan pulang. “Eh, koen yo is mulih?” Eh, kamu dah pulang tanyanya. Untung saja si Arifin tidak tahu apa yang terjadi di rumahnya. “Iyo, tak pikir koen yo wis mulih, mau arep mampir tapi ga sido”iya, tak piker kamu juga udah pulang, tadi mau mampir tapi nggak jadi Is memang agak terkejut melihat kedatangan kami. Tetapi ia tampak cepat menguasai keadaan. Situasi seperti biasanya. Sesekali kulihat bu Is, membayangkan tadi apa yang dilakukannya dengan pak Mo. Aku yang sejak tadi terangsang semakin bingung. Tetapi yang jelas, aku ingin sekali seperti pak Mo pun tahu tingkah lakuku yang aneh. “Kon kok koyok wong bingung ae Ndre” Kamu kok kayak orang bingung sih Ndre? Tanya Arifin. Akhirnya setelah berpikir lama aku nekad mengambil secarik kertas. Tanpa sepengetahuan Arifin, aku menulis sesuatu di kertas itu. Sambil alasan ke kamar mandi kuserahkan secarik kertas itu pada bu Is yang sedang menyetrika.“Dibaca ya bu” ujarku langsung berlalu menuju Arifin di ruang tengah. Sekitar lima menit kemudian bu Is masuk, sekelebat menyerahkan kertas padaku. “Fin, angkatno klambi nang setrikoan gih” Fin, Tolong angkat baju dari ruang setrika ya perintah bu Is. Arifin menurut langsung beranjak. Kesempatanku untuk membaca kertas balasan bu Is.“aku tahu apa yang bu Is sama pak Mo lakukan tadi” loh ini kan tulisanku tadi. Setelah kubalik, ternyata jawabannya ada di situ. “Tolong jangan bilang siapa-siapa. Apa maumu?” aku segera membalasnya. “Aku pengen seperti pak Mo” tulisku singkat. Kemudian bu Is keluar kamar menoleh ke arahku yang segera ku serahkan secarik kertas itu lagi yang langsung dibawanya ke bagian belakang lama Arifin pun datang. Lama wanita itu tidak member jawaban. Aku semakin berdebar. Sampai akhirnya waktu normal sekolah pulang, aku segera pamit. Takut dicari oleh ibuku. Ternyata ketika aku pamit pulang, wanita itu menyerahkan kembali kertas kepadaku. “Iya, nanti malam kamu nginep sini ya” jawaban yang membuatku Pikirku. Hari itu terasa panjang sekali. Terasa lama sekali hari beranjak malam. Hingga akhirnya setelah maghrib, aku pamit ke ayahku. “Pak, aku nginep di rumah Arifin ya, belajar bersama” pamitku setengah takut. “Iya. Eh, biar ibumu Tanya dulu ke bu Is” jawab ayahku kemudian menyuruh ibuku telpon bu hati girang aku melangkah ke rumah tetanggaku itu. Malam itu aku akan merasakan nikmatnya seks. Dan bu Iskandar yang akan melakukannya denganku. Walhasil aku tiba di rumahnya. aku tidak konsen lagi dengan belajarku. Yang aku pikirkan adalah bagaimana nanti. Bu Is sudah memberiku isyarat setelah Arifin berdetak cepat, hingga pukul 10 malam, si Arifin akhirnya benar-benar tertidur. Dengan sabar aku tunggu setengah jam kemudian aku gerak-gerakkan pelan tubuh temanku itu. Ia tetap terlelap. Perlahan aku beranjak keluar dari kamarnya. “Arifin wis turu Ndre” Arifin udah tidur Ndre Tanya bu Is ketika aku menutup pintu mengangguk. “Kuncien” Kunci pintunya ya perintahnya yang segera kulakukan. “ayo” ajak wanita itu pelan. Aku mengikutinya yang menuju kamar belakang. Kututup pintu kamar itu setelah kami berdua berada di dalam. Di kamar itulah aku melepas keperjakaanku. Bu Iskandar dengan sabar dan telaten mengajariku pun berlalu. Hubunganku dengan bu Iskandar pun masih terjaga dan akupun menjadi satu-satunya pemuas bu Is ketika 2 bulan lalu pak Mo memutuskan untuk merantau ke Malaysia. Sejak saat itu seks menjadi bagian penting dalam hidupku. Hingga suatu ketika di pertengahan kelas 1 SMP, lagi-lagi semua siswa di sekolahku dipulangkan karena semua dewan guru aku senang, tetapi mengingat pak Iskandar masih di rumah. Pikiran untuk meminta “jatah” dari bu Is pupus. Aku pun segera pulang belum pukul 9 pagi aku sudah sampai di pintu pagar rumahku yang tumben tidak terkunci. Pintu utama ruang tamu pun terlihat sedikit terbuka. Tanpa pikir apa-apa aku segera sepasang sepatu yang diletakkan di dalam ruang tamu membuatku terkejut. Dan aku sepertinya mengenali sepatu tersebut. Perlahan aku masuk ke dalam rumah. Kulihat TV hidup tanpa ada yang melihat. Dimana gerangan ibuku. Perlahan kucari di bagian belakang rumah, dapur, kamar mandi dan kamar orang tuaku pun tidak tertuju pada kamarku yang pintunya tidak tertutup sempurna. Dengan perasaan curiga aku dorong pelan pintu kamarku sehingga sedikit terbuka. Betapa terkejutnya aku ketika melihat apa yang tejadi di dalam kamarku. Kulihat ibuku sedang mengulum kemaluan temanku Arifin yang berdiri bersandar di meja masih memakai baju tapi celana SMP nya berserakan di lantai. Ibuku yang kala itu rambutnya diikat dengan lahap menjilati batang kemaluannya Arifin yang merem melek keenakan. Kaos ibuku juga sudah terlepas sehingga tubuh bagian atasnya hanya tertutup BH hitam yang salah satu cupnya terlepas sehingga payudara kiri ibuku yang besar itu tersembul keluar.“Gila!” Ingin segera aku masuk dan menghentikan perbuatan mereka. Tapi aku berubah pikiran. Aku ingin melihat permainan terlarang mereka. Terus terang, hal itu juga membuatku terangsang. Diam-diam aku juga mengidolakan ibuku. Tidak jarang aku membayangkannya ketika onani. Mungkin ini juga kesempatanku untuk bisa mencicipi saat kemudian ibuku berdiri lalu melepas celana dalamnya tanpa melepas rok yang dipakainya. Ini saatnya aku masuk. “Ibu… arifin !” kataku pura-pura terkejut. Tidak kalah terkejutnya mereka sampai-sampai kepala temanku itu terantuk meja belajarku. Cepat-cepat mereka berusaha memakai kembali pakaian mereka.“Nggak Ndre.. ini… anu…” gumam ibuku bingung. “Anu Ndre… maaf..” Arifin pun berkata sambil menutupi bagian kemaluannya. “Loh kok malah berhenti sih? aku ganggu ya” ujarku lalu masuk ke dalam kamar dan menaruh tasku. “Lanjutin aja bu, nanggung tuh” kataku lagi. “Nggak Ndre… Nggak” jawab ibuku sambil memakai kaosnya.“kalo nggak dilanjut, malah aku nanti bilang bapak lo” kataku. “Jangan Ndre” arifin menyela. “Yo ndang Fin… kenthu’en ibuku!” Ayo cepet Fin, setubuhi ibuku! jawabku. “Ndre.. tolong” kata ibuku memelas. “Iya bu, lanjutin aja.. kalo nggak malah aku bilang ke bapak.. kalo lanjutin dan aku liat, aku nggak bakal bilang siapa-siapa” berdua sejenak saling memandang. “ayo Fin” akhirnya ibuku menyetujuinya dan langsung melepas rok dan celana dalamnya. Kemudian ia membaringkan tubuhnya di tempat tidurku. Dengan agak ragu Arifin berjalan kearah tempat tidur. “Ayo” kataku lagi. “Iya Ndre” jawabnya pelan lalu menaiki tubuh ibuku yang menyambutnya dengan mengekangkan kedua kanan ibuku meraih batang kemaluan Arifin dan mengarahkannya ke bagian kewanitaannya. Dengan sekali dorong batang kemaluan Arifin langsung masuk ke dalam vagina ibuku. Setelah membetulkan posisi masing-masing, si Arifin mulai memompa tubuh ibuku. Aku lalu duduk di sebelah kepala ibuku sambil gerakannya kayaknya si Arifin ini nggak sekali dua kali sudah menyetubuhi ibuku. Mulut ibuku mendesah, nafasnya tersengal, matanya terpejam. “Bu, aku nanti juga mau ya” bisikku di telinga ibuku. Mata ibuku terbuka dan memandangku. Kuraih tangan ibuku dan membimbingnya ke batang kemaluanku yang sudah mengeras seperti si Arifin mempercepat gerakannya. Sepertinya ia akan mengalami klimaks. “Fin, tokno njobo!” Fin, keluarin spermamu diluar kataku. Ia mengangguk. Beberapa detik kemudian ia mencabut batang kemaluannya dan langsung mengocoknya. Beberapa detik kemudian kemaluannya temanku itu memuncratkan air maninya di atas tubuh ibuku yang my time, pikirku. Aku lalu melepas celana yang kupakai. “Jilat dong bu… masak cuman punya Arifin yang dijilat” kataku. “Iya Ndre” jawab ibuku kemudian duduk dan mulai menjiati batang kemaluanku. Kemudian aku berusaha melepas kaos yang masih dikenakan ibuku. Wanita itu tanggap. Ia menghentikan kulumannya dan melepas kaos serta BH yang ia telanjang bulat. “Masukin ya bu” kataku pelan. Aku segera membaringkan tubuhku di ranjang. Tanpa diminta lagi ibuku segera menaikiku dan memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang vaginanya. Tanpa banyak bicara wanita itu langsung menggoyangku dengan cepat. Terasa enak sekali. Sengaja aku jebol pertahananku sendiri agar dikira belum pernah melakukan hubungan banyak omong, ibuku langsung keluar kamar dengan membawa seluruh pakaiannya. Tinggal aku dan Arifin yang sama-sama terdiam. “Maaf ya Ndre” akhirnya kata itu keluar dari mulut Arifin. Aku hanya tersenyum. Dalam pikiranku, ia tidak tahu kalau sebenarnya aku juga sering tidur dengan ibunya. “Mulai kapan Fin?” tanyaku. “sebulanan Ndre. Ini yang keempat” jawabnya pelan. “Berarti disik aku Fin, hehe” Berarti duluan aku Fin jawabku lalu tersenyum. “Maksudmu ndre” tanyanya bingung. “Aku mulai 2 bulan kemarin” jawabku lagi. “Apanya” Tanya Arifin semakin penasaran. “ibumu, hehe” jawabku sambil menunjukkan tanganku yang menggenggam tanda persetubuhan. “Gendeng koen!” iyo tah!?” Gila kamu! Iya ta? jawab Arifin sambil mendorong tubuhku yang disusul oleh senyumku Aku seorang pria umur 31 th, namaku Hikam. Kehidupan sex ku masih OK. Belum lama ini aku mencoba mengingat-ingat, berapa banyak perempuan yang sudah aku gauli. Terlalu banyak untuk diingat. Beberapa wanita STW pun sudah aku setubuhi. -Ibu Henny, Istri seorang usahawan terkenal. Tubuhnya mulus kulitnya halus, susunya keras, tempiknya kesat, liang senggamanya yang sempit masih harus aku lebarin lagi, mulut dengan bibir merahnya belum aku sumpalin kontolku, lubang anusnya belum aku jejalin kontolku -Ibu Yanti istri seorang pejabat pemerintahan. Tubuhnya bahenol teteknya gede kencang, barangnya OK, lubang memeknya sesak, mulutnya udah lihai mensepong kontolku, lubang anusnya barusan aku sumbat sama kontolku, aku mesti ngesex dia dengan lebih kasar, aku mau siksa dia lebih lagi. -Ibu Diah, wanita sempurna luar dalam, cantik, pinter, gesit, pakar di ranjang, tetanggaku yang memiliki tubuh montok buah dadanya indah, liang kemaluannya kecil, vaginanya yang bisa empot ayam nikmat sekali, oral sexnya belum aku rasakan, lubang anusnya belum aku jajal. Ibu Diah mutiara indah yang mesti aku jaga -Nuniek istriku yang bangkit kembali gairahnya, besar lagi nafsunya, sip lagi polah permainannya di ranjang, ***** Pagi Hari Dengan Ibu Henny Sekitar dua minggu lalu aku berhasil meniduri Ibu Henny, umur 40 th, dan bekerja di daerah Jl. Sudirman. Pagi itu Bu Henny dapat meluangkan waktu sampai siang hari, maka pagi hari jam 7. 00 aku jemput dia di tempat yang sudah ditentukan. Tentu saja aku persiapkan diriku dengan minum vitamin dan obat yang menambah keperkasaanku. Begitu ketemu, Bu Henny terus masuk mobil, aku cium dia yang kelihatan manis sekali dalam BLus putih celana panjang coklat dengan BLazer warna krem. Wangi sekali Ibu ini dan sangat fresh. Kami berdua meluncur ke sebuah motel di JakTim. Singkat cerita sesudah masuk kamar dan dua kali terganggu telpon dari receptionist dan room boy yang menagih pembayaran kamar serta membawakan pesanan makanan dan minuman, aku mulai foreplay yang semakin panas dengan Bu Henny. Puncak birahi didaki, dalam kamar hanya ada dua anak manusia yang memadu nafsu, dua tubuh bugil bertindihan, lelaki diatas perempuan dibawah, bibir berpagutan, tangan lelaki meremas susu tangan perempuan mencakar, kontol menyodok tempik menjepit, batang kemaluan lelaki mengaduk pantat perempuan menggoyang nafas semakin memburu, detakan jantung semakin berdegup, desahan, desisan dan rintihan semakin keras bak orkestra klasik menuju irama crescendo Pose berganti, Ibu Henny aku miringkan, aku remas susunya dari samping belakang, aku cium lehernya, aku gigit-gigit punggungnya dan aku tusukkan batang kemaluanku yang berdiameter besar ke lubang tempiknya. "Aduh Mas.", teriak Bu Henny. Memang posisi miring menjadikan lubang perempuan menjadi lebih sempit tapi menjadikan lebih legit dan lebih enak, kontolku lebih terjepit sementara lubang Ibu Henny yang menyempit jadi lebih merasakan nikmat gesekanku aku terus kocok-kocokkan kontolku sambil tanganku meremas gundukan tempiknya dan menggelitiki itilnya permainan dengan dua pose ini sekitar 30 menit dan akhirnya disempurnakan dengan siraman air maniku kedalam rahim Ibu Henny. crot. crot. crot. crot. entah berapa cc cairan hangat itu aku tumpahkan kedalam tubuh Bu Henny yang menyambutnya dengan jeritan panjang."Maas. aduuh. enaak. Maas." Waktu menunjukkan jam 10. 00, ketika aku masih berbaring telanjang berbalut handuk dan Bu Henny ada disampingku dengan memakai handuk juga, setelah berdua membersihkan diri. dan makan serta minum pesanan tadi. Aku belai rambut Bu Henny dengan penuh sayang, aku kecup bibirnya, sambil kita bercerita soal pekerjaan masing-masing. Ala mak, adik kecil ini mau lagi. Kontolku keras lagi. Aku bangun dan terus menarik handuk yang dipakai Bu Henny tubuh sexy yang tergolek pasrah ini mesti disetubuhi lagi. Aku mulai permainan dari atas ke bawah. "Mas, geli Mas, jangan Mas", rintih Bu Henny waktu jari-jariku menyibak belahan kemaluannya. "Tahan dikit, Bu", rayuku sambil terus menyibak dan terus mengelus-elus bibir bawah yang lembut itu. Aku buka melebar belahan itu, kelihatan merah, dan kacang merah itu benar-benar merah itil Bu Henny seukuran kacang merah besar dan merah sekali. aku cium daging nyempil itu aku sedot dalam-dalam hingga Ibu Henny menjerit. Tapi mana aku peduli dengan jeritan Bu Henny, aku terusin sedotan itu dan aku masukin lidahku kedalam lubang berdinding lembut berwarna merah aku jilat-jilat sampai dalam aku gelitikin Bu Henny menggelinjang, tubuhnya berkelejotan, tangannya menjambak rambutku enggak tahan dia dengan gelitikkan lidahku didaerahnya yang paling sensitive. Sengaja aku lama-lamain oral sex-ku. "Udah Mas, udah.". Tapi aku terus aja dan makin hot lidahku naik turun membelai belahan tempik Ibu Henny. Ada sekitar 20 menit. Kontolku sudah keras sekali, kepalanya udah sangat mengkilat. Aku mau tancapkan kontolku. Aku pindahkan posisi tubuh Ibu Henny, badannya berbaring melintang dengan pantat setengah menggantung, kaki terjulur kebawah. Aku angkat kedua kakinya, aku buka lebar-lebar, aku naikkan dan tahan diatas pundakku. Bu Henny hanya mendesis dan pasrah, aku senang melihat mimiknya, matanya setengah terpejam, mulutnya setengah terbuka, tangannya diatas kepala, dia menunggu tempiknya yang mungil siap ditusuk kontolku. Aku juga sudah enggak tahan lagi, Ibu Henny yang bertubuh ranum dan belum berpengalaman banyak dalam permainan sex ini perlu segera dipenuhi hasratnya, dipuaskan nafsunya. "Mas, sakit Mas", jerit Ibu Henny waktu kontolku aku tusukkan kedalam lubang kemaluannya. Memang aku agak kasar, enggak seperti permainan pertama tadi. Aku peluk kedua pahanya, agak aku tarik, aku agak kebawah sehingga kontolku menyodok-nyodok dari posisi yang pas sekali. tusuk-tusuk-tusuk kocok-kocok kiri-kanan kontolku perkasa sekali mengaduk-aduk tempik Bu Henny yang enggak aku beri kesempatan mengatur nafas. Kedua tangannya turun kebawah, kesamping perutnya memegang sprei dan kepalanya menggeleng kekiri-kekanan aku senang melihat polah dia aku suka memandang dia aku siksa dengan kejantananku. Aku mulai agak ...merapat, pantat Bu Henny yang kenyal jadi sasaran remasanku, susu Bu Henny bergantian kiri kanan aku sedot dan sedot sampai akhirnya untuk kedua kalinya aku muncratkan airmaniku kedalam lubang kenikmatan Bu Henny. "Maas. maas. maas". Aku tahu Ibu Henny puas sekali Jam 11. 30 persis kami meninggalkan motel, menuju kantor Bu Henny. Dia enggak mau makan siang dulu. Aku antar dia, sebelum turun aku sun dia. Belum sempat aku ngomong dia sudah bilang dulu"Thanks ya Kam". "Aku yang thanks berat Bu", jawabku agak gagap. Aku ikutin dia melangkah dengan lenggang menawan masuk ke gedung kantornya, dia menoleh dan melambai kecil Aku tersenyum dan terus tancap gas, aku menuju mall PS mencari makan. Di jalan aku berjanji, aku mau mengebor lagi tempik Bu Henny biar lubang itu tambah lebar Siang Hari Dengan Ibu Yanti Sesudah makan di food court mall PS, aku beli roti di super market yang ada di basement. Sesudah itu rencanaku mau pulang enggak masuk kantor. Waktu antri mau bayar di kasir, tiba-tiba ada suara wanita memanggil aku dari samping, aku menoleh dan belum tahu siapa dia. "Mas Hikam lupa ya?" "Sorry, siapa ya?". "Aku, Bu Yanti yang di Setiabudi dulu". "Oh, Ibu Yanti ya, aduh sorry lho, aku enggak ingat, habis sekarang udah berubah sich". Sesudah selesai membayar, belanjaan Yanti enggak banyak, kami keluar. Aku tanya mobil dia dimana, dijawab kalo dia enggak bawa mobil karena dia didrop sopir yang ngantar suaminya ke airport. Dia rencananya mau jalan-jalan terus fitness dan BL. Akhirnya aku mau antar dia kerumahnya didaerah Tebet. Dalam mobil kami banyak cerita, soal anak, soal pekerjaan, soal keluarga. "Mas Yus banyak keluar kota Mas. Kalo enggak keluar kota juga cuman kerja aja dikantor sampai malam. Maklum pegawai negeri eselon II kan banyak gawenya". Sepertinya dia mengeluhkan sesuatu dan ini aku tangkap sebagai kesempatan baik. "Yach, banyak kerja dan banyak keluar kota berarti banyak dokat dong Bu", kataku sambil aku memberanikan diri memegang lututnya. "Ya, enggak juga lah, semua ada plus minusnya", sahut Bu Yanti tanpa menepis tanganku. Percakapan semakin akrab, dia menjadi agak manja. "Nih, tangannya mulai nakal, kan". "Habis tangan enggak pernah sekolah, sich", jawab aku dengan tetap menaruh tangan semakin menekan dan keatas. "Ih, nakal nih", kata Bu Yanti sambil menyentil tanganku. Aku pandang dia dan aku beranikan bilang"Bu, kita cari tempat ngobrol yang enak, yok". "Kalo Mas Hikam punya waktu, aku mau aja sich, tapi dimana?". Ini dia, pucuk dicinta ulam tiba. "Kita muter-muter aja dulu, entar kalo ketemu kita berhenti", ucap aku yang udah mikirin mau masuk motel lagi aja. "Terserah Mas Hikam lah". Akhirnya aku arahkan mobil ke motel yang tadi pagi aku pakai. Sesudah sampai disana, room boy mengarahkan ke kamar yang aku pakai tadi pagi juga dan parkir didalamnya. Ibu Yanti bertanya"Mas, sering kesini ya?". "Enggak koq, cuman tahu dari teman aja". "Tahu atau tahu.", goda Bu Yanti yang terus bilang"Kita ngobrol aja lho, jangan ngapa-ngapain, ya Mas". "Iya, Bu", kataku. Akhirnya sesudah agak lama merayu di mobil, Bu Yanti mau juga masuk kedalam. Room boy kelihatannya yang tadi dan tersenyum melihat aku yang datang sama perempuan lain lagi. Singkat cerita sesudah urusan bayar membayar dan pesan memesan selesai, aku pangku Bu Yanti di sofa, aku usap-usap pipinya yang kenyal dan berkulit halus sekali. Bu Yanti memang mulus dan singset karena kerjanya cuman berdandan, fitness, BL, belanja, sesudah enggak kerja lagi di kantor swasta. Umurnya yang 42 th terlalu tua untuk tubuhnya yang sangat sintal, meski sudah berputera dua. Sambil terus mendengarkan cerita Bu Yanti, yang dari dulu memang sangat ramah, aku cium keningnya, aku kecup bibirnya dan aku mulai merapatkan pelukan sambil mencium bibirnya. Dari obrolannya, aku menangkap suatu kekecewaan Ibu Yanti dengan suaminya dan kelihatannya dia kesepian. Aku enggak mau melepaskan peluang emas ini. Aku pagut keras bibir merahnya, aku isap, aku cium lehernya hemm wangi sekali perempuan ini dan wangi ini aneh sekali pengaruhnya seakan membius aku mengajak kedalam kesenangan syahwati. Aku menjadi agak liar, aku remas buah dada Bu Yanti dari luar BLus warna merah mudanya, aku lepasin kancingnya dengan cepat, aku buka BLus itu, aku lemparkan ke kursi sebelah. Aku perosotkan beha dia yang masih membungkus buah dada yang besar, lebih besar dari punya Ibu Henny tadi. Aku cium-cium buah dada itu, aku buka behanya dan aku taruh ditempat BLus tadi. Puting yang berwarna coklat itu mulai mengeras, aku pelintir-pelintir, aku cium dan aku gigit-gigit. Bu Yanti enggak menolak sama sekali. Dia merintih keras, "Auch. auch. auch.". Aku makin gila, aku gigit bergantian buah dada itu, lama sekali aku gigit sambil tanganku turun kebawah membuka rok Bu Yanti yang berwarna hitam. Bu Yanti menjerit keras, gila keras banget, dan waktu aku lepas gigitanku memang ada cupang di buah dadanya sebelah kiri. Aku mau bikin seimbang, aku gigit lagi yang sebelah kanan, sampai ada cupang dan Bu Yanti berteriak lagi. Tapi aneh, dia enggak melarang sama sekali, jadi aku pikir kalo Bu Yanti ini tipe wanita yang suka dikasarin. Aku bangkit dari sofa dan jongkok didepan Bu Yanti, aku perosotkan roknya aduh putih sekali pahanya, mulus sekali kakinya yang panjang itu aku elus dari bawah keatas, sampai pangkal pahanya. Dia menggelinjang dengan belaianku, tapi justru saat dia menggelinjang aku tarik CDnya, aku lepaskan dan lempar entah kemana. Munculah daging cembung besar dengan rambut hitam keriting yang lebat. Aku mau menikmati serabi Bandung ini, maka aku tarik Bu Yanti dan sambil aku rangkul aku dorong dia ke meja kayu yang kelihatannya khusus buat acara 'buka duren'. Bu Yanti pasrah sekali, badannya terbaring diatas meja, buah dadanya besar padat menjulang, pantatnya yang besar menyangga vaginanya yang gembul. Aku pandangin tubuh molek itu, aku angkat pahanya. dan aku serang serabi belah saus istimewa itu dengan serudukan mulutku, aku acak-acak jembutnya dengan usapan mulutku, sementara tangan-tanganku dengan ahlinya meremas-remas buah dada yang menantang itu. "Maas, Maass. Mass.", Bu Yanti berteriak dan gila baru kali ini aku tahu ada wanita teriak begitu keras waktu dikerjain. Jariku mulai menyibak belahan kemaluannya, aku usap-usap dan aku cari kelentitnya lain perempuan lain kelentitnya kalo Ibu Henny punya seperti kacang merah besar, Bu Yanti punya seperti kacang mede, yang aku heran kenapa kacang mede merah Bu Yanti menyembul keluar, jadi gampang dan enak sekali dimakan. Betul-betul aku kunyah kacang mede Bu Yanti, dia semakin teriak kencang, aku masukin jariku kedalam lubang perempuannya aku korek-korek dinding yang hangat lembut didalamnya gantian aku masukin lidahku kedalamnya, aku jilati habis kelamin Bu Yanti luar dalam. Ada sekitar 20 menit oral sex ini, sementara tanganku sudah kemana-kemana dan aku surprised banget sama pantat Bu Yanti yang benar-benar bulat dan besar padat, pantat yang pantas 'dihajar'. Tapi sebelumnya aku mau permainkan dulu kelentit Bu Yanti, maka aku masukin kontolku yang keras, aku tancap keras-keras hingga Bu Yanti menjerit lagi. "Mas, pelan-pelan Mas, aku sakit.". Aku tekan dalam-dalam sekitar 10 kali sambil tanganku mencengkeram pahanya yang indah sekali yang ada dipundakku. Aku maju sedikit, aku keluar-masukinin kontolku mencongkel-congkel kelentit Bu Yanti, dia semakin menggelinjang. "Auch. auch. auch.", itu saja yang dia bisa keluarkan. Belum puas aku menghajar kemaluan Bu Yanti, mendadak Bu Yanti bangun dan bilang"Mas, kita pindah ke ranjang". "OK", kataku. Bu Yanti cepat bangun dan menarik aku ke ranjang, dia bilang"Aku mau diatas". Aku senang sikap dia, aku berbaring dan Bu Yanti sendiri yang aktif mengarahkan kontolku ke lubang kemaluannya yang sudah tepat diatas kontolku, karena dia jongkok diatas pinggulku menghadap aku. Bleess pistol tumpul itu sudah dijepit kemaluan Bu Yanti. Dia menaik-turunkan pantatnya kencang sekali, dia aktif sekali, nafasnya panas menggebu, tangannya berpegangan pada tanganku, kepalanya bergoyang sehingga rambutnya yang cukup panjang berderai-derai. cukup lama dia beraksi, sementara aku enak-enak diam saja karena bisa memeras susu besar yang menggelantung sepuas-puasnya tanganku turun kebawah meremas pantat bulat besar Bu Yanti aku remas-remas dan aku beranikan tampar. Bu Yanti hanya berteriak, jadi aku semakin berani menampar-nampar pantatnya makin lama makin keras dan pantat itu memerah Bu Yanti belum puas juga menggesekkan dinding-dinding lubang kemaluannya dengan kontolku, dengan tetap kontolku tertancap, Bu Yanti membalikkan badannya membelakangi aku dan mulai naik-turun cepat sekali sambil mengaduh-aduh dia geser kesana kemari memuaskan nafsunya, aku tetap menampar-nampar pantatnya yang menjadi merah sekali. Sesudah sekitar 25 menit permainan di ranjang, bendunganku mau jebol, maka aku bangkit dan aku rangkul Bu Yanti dari belakang, dengan meremas susunya dan menekan pahanya aku pancarkan air maniku kedalam kemaluan Bu Yanti ada surprise lagi Bu Yanti bangkit dan berbalik, dia tangkap kontolku yang memuncratkan air mani itu, dia masukin ke mulutnya, dia isap-isap air mani yang melekat di kontolku dia telan habis cairan hangat yang tersisa Sekitar jam 3. 00 aku masih berbaring di tempat tidur. Capek Bu Yanti sudah mandi sekitar 10 menit lalu, sekarang pakai beha dan CD, Dia kasih aku makanan kecil dan minuman. Bu Yanti lebih banyak bicara, dia kasih nomer telpon dan HPnya, aku juga, dan akhirnya Bu Yanti buka rahasia kalo suaminya sangat lemah di ranjang, paling sekali sebulan dia main, itu saja sebentar dan tidak berkwalitas. Aku kecup dia untuk membesarkan hatinya. Bu Yanti melihat kontolku mulai bangun, dia pegang dan dia elus-elus. menjadi besar dan keras lagi Bu Yanti pindah posisi didepanku, dia lepas behanya dengan gerakan pelan menggeliat, dia buka celana dalamnya dengan godaan kaki terbuka "Kamu sebetulnya pintar memuaskan laki-laki, Bu", aku enggak tahan berkomentar. "Ach, Mas bisa aja", kata Bu Yanti. Ibu Yanti yang aktif mencium-cium aku, sementara aku bersandar, semuanya dia jilati, bulu kudukku berdiri semua dengan kecupan-kecupan halus Bu Yanti, pentilku juga dia jilat dan buah dadanya menyentuh-nyentuh kontolku, kemudian dia jepit kontolku diantara buah dadanya yang besar, dia naik-turunkan gaya French Fuck, dia pegang kontolku, dia kocok-kocok sementara aku sedikit dimiringkan karena dia mulai menjilati pantatku, menjilati selangkanganku menyedot biji pelerku mengulum kepala kontolku dan mengisap-isapnya dalam-dalam di mulutnya yang merah merekah. Timbul pikiran jahatku untuk menjadikannya 'budak seks'. Setelah aku tekan kepala Bu Yanti keras-keras supaya kontolku mentok di tenggorokannya, aku bangkit berdiri diatas ranjang dan menarik Bu Yanti supaya berlutut dan tetap men-sepongku. Aku berdiri tegap sementara rambut Bu Yanti aku tarik-tarik, aku agak mundur menyandar di dinding, Ibu Yanti mengikuti gerakanku tanpa melepas jollynya dia terus isep dan kemaluannya aku mainkan dengan jempol kaki kananku, aku gesek-gesek rambutnya, aku jembreng-jembreng mulut kemaluannya dengan jari-jari kaki, aku gosok-gosk dengan telapak kakiku jempol kakiku masuk kedalam lubang kemaluannya sementara jari telunjuk kaki diluar, keduanya menjepit bibir kemaluan Bu Yanti, aku naik turunkan Bu Yanti hingga dia berteriak kesakitan"Sakit maas". Aku pindahin ke kelentitnya, aku gesek-gesek dengan jempol kakiku Aku enggak tahu perasaan Bu Yanti, tapi inilah bukti kangkanganku yang sakti terhadap Ibu Yanti. Aku berbuat kasar, aku cabut kontolku dari mulut Bu Yanti, aku berpindah dibelakangnya, aku suruh dia menungging, aku tekan kepalanya dan aku majukan kakinya. yah bagus sekali dia menungging, pantatnya terangkat tinggi-tinggi, sementara kepalanya nempel dikasur. Dari belakang aku usap dulu kemaluan Bu Yanti yang sudah memerah, dia goyang kekiri-kekanan menahan geli, aku lebarin kakiknya, indah sekali lekuk liku tubuhnya. Aku tancap aja kontolku kelubang kemaluan Bu Yanti. "Aduh", teriaknya, tapi aku enggak peduli, aku genjot terus, aku tancap terus, aku sodok terus, bunyi ceplak-ceplak-ceplak terdengar teratur irama musik rock. Aku embat terus kemaluan Bu Yanti dengan gaya naikin anjing betina sekitar 10 menit dan tanganku mulai mengorek-ngorek lubang anusnya. Aku buka lebar-lebar, Bu Yanti mendesis. Tak ayal lagi, aku pindahin kontolku dari lubang kemaluan ke lubang anus Bu Yanti, Bu Yanti teriak lagi dan menggoyang-goyangkan kepalanya, aku lihat dia meneteskan air mata, tangannya mencengkeram seprei kuat-kuat. Aku perbaiki posisi, aku tarik pantat Bu Yanti lebih mepet ke kontoku, aku tekan kepalanya dan hajaran-hajaran kontolku membuat Bu Yanti teriak-teriak aku remas buah dadanya, aku pelintir pentilnya Ibu Yanti semakin teriak keras kesakitan, sebetulnya aku sendiri juga kesakitan karena kontolku terjepit lubang anus Bu Yanti yang kencang sekali. Tapi aku terusin hajaranku sampai sekitar 10 menit dan muncrat lagi cairan kental hangat dari kontolku. Kali ini Bu Yanti biarkan lubang pantatnya disiram air kejantananku, mungkin dia sudah kecapaian akhirnya dia jatuh tertelungkup di kasur dan masih juga aku tindihin dengan berat badanku yang 70 kg ini, aku masih menggiigit punggungnya yang putih mulus dan memencet pentilnya, dan memepetkan kontolku di pantatnya yang bulat besar Yanti sesenggukan meneteskan air mata. Tiba-tiba dia berbalik dan aku didorongnya, aku ditindihnya dan dipukulinya dadaku bertubi-tubi, sambil Bu Yanti teriak-teriak"Mas, koq gini sich jadinya, Mas enggak jaga aku, Mas gila". Aku biarkan Bu Yanti puas memukuliku, aku biarkan Yanti melepas emosinya, emosi seorang isteri yang barusan selingkuh Sesudah reda tangis Bu Yanti dan tenang hatinya, aku ajak dia mandi bersama, aku sabunin seluruh tubuhnya, terlebih bagian terpenting buah dada dan kemaluannya. Selesai mandi kami berpakaian, minum minuman yang masih ada. Bu Yanti semprotkan parfumnya lagi, wangi kembali tubuhnya. Kami meninggalkan motel sekitar jam 5. 00. Aku antar dia ke Tebet, selama perjalanan dia manja sekali bak pengantin baru, dia sering cubit pahaku, tapi lebih sering lagi dia masukin tangan kanannya kedalam CD ku mengelus-elus kontolku yang sudah memberikan kenikmatan luar biasa buat Bu Yanti. Sebelum turun dari mobil Bu Yanti dengan cepat menyambar bibirku dengan bibirnya - takut kelihatan tetangga - cup-cup. Aku bilang padanya"Sorry, but someday we have to do it again". Bu Yanti hanya tersenyum dan menghilang masuk kerumahnya. Aku puas. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. CERPENSUAMIKU, ANAK ANGKATKUOleh Noer Ima KaltsumLima tahun sudah kesendirianku setelahsuami meninggal. Aku belum berniat untuk menikah lagi. Tidak mudah untuk mencari pengganti Ayah, sebutan untuk almarhum suami. Lagi pula aku juga harus berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan apa yang pernah almarhum inginkan dari Indra, anak angkat adalah anak angkat, sudah sebelas tahun ikut dengan keluarga kecilku. Sewaktu aku dan Ayah mengangkat Indra sebagai anak asuh, usia perkawinan kami belum genap satu tahun. Indra adalah salah satu murid sekolah kakakku, Mas Dani. Indra berasal dari keluarga tidak mampu, di mana kedua orang tuanya sudah meninggal dan Indra ikut neneknya. Ibunya Indra meninggal setelahmelahirkan adiknya Indra. Kebetulan sang ibu mengalami pre-eklamsia termasuk keracunan kehamilan. Tiba-tiba tekanan darahnya tinggi. Walaupun belum cukup umur, akan tetapi bayi itu harus segera dikeluarkan. Adik Indra hanya bertahan hidup selama 4 hari saja karena organ-organ tubuhnya belum sempurna. Sang ibu meninggal setelah berjuang keras 3 hari setelah adiknya genap satu tahun setelah kehilangan ibu dan adiknya, Indra juga kehilangan ayahnya karena meninggal setelah mengalami kecelakaan sewaktu bekerja di proyek pembangunan. Sejak saat itu, Indra diasuh neneknya. Kondisi keluarga Indra yang serba kekurangan, membuat Mas Dani iba dan menawarkan pada aku dan Ayah untuk pertama kali Indra ikut keluarga kecilku, dia masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Rupanya Indra adalah anak yang cerdas, santun dan sholeh. Aku dan Ayah mendidik dia menjadi anak yang sholeh. Sholat berjamaah, sholat sunah, puasa wajib dan puasa sunah, selalu dilakukan dengan suka cita. Kalau diperhatikan dengan seksama wajah Indra hampir sama dengan Ayah. Cara dan gaya bicaranya tidak jauh beda dengan Ayah. Bahkan dulu ada orang yang mengira kalau Indra adalah anak kandung selalu berharap Allah segera menitipkan anak pada kami. Aku dan Ayah tidak pernah putus asa dengan berbagai macam usaha dan ikhtiar untuk mendapatkan keturunan. Baik medis maupun non medis. Setelah lebih dari enam tahun, Allah belum juga menitipkan keturunan, aku dan ayah tetap berbaik sangka pada Allah dan mengambil hikmahnya. OoooSeperti pagi sebelumnya, Indra sudah menyiapkan teh manis padahal di rumah ada mbah Sanem yang membantu pekerjaan rumah kami. Tapi pagi ini sungguh aku kaget dibuatnya. Indra mengenakan baju koko milik Ayah. Aku melihat Indra seperti melihat suamiku lagi.“Mas Indra, kamu mirip Ayah.”“Benarkah mama?”Aku mengangguk memberikan penegasan. “Maafkan Indra, mama. Mama jadi sedih ya, ingat Ayah?!”“Tidak Mas. Sungguh mama tidak pernah menyangka, setelah lima tahun berpisah dengan Ayah tiba-tiba mama merasa bertemu Ayah lagi.”“Ma, tadi malam Indra bermimpi bertemu dengan Ayah. Beliau bilang Ndra, tolong jagain dan temani Mama. Waktu itu Ayah memakai baju ini, yang Indra pakai.”Aku benar-benar kaget dibuatnya, jantungku berdesir. Pantas saja Indra pagi ini mengenakan baju Ayah. Ya Allah, ada apa lagi dengan semua ini?“Ma, Indra mau menyampaikan hal yang semalam dibicarakan dengan Pakde Dani.” Indra mengalihkan pembicaraan.“Oya, tadi malam mama ngantuk sekali. Jadi tidak bisa menunggumu sampai kamu pulang dari rumah Pakde Dani. Rupanya pembicaraannya menarik dan serius ya…”“Indra sebelumnya minta maaf. Selama ini Indra sudah dibesarkan mama dan keluarga dengan baik. Indra sangat berhutang budi, tidak tahu dengan apa Indra akan bisa membalas semuanya. Belum sempat Indra membahagiakan mama. Semalam Pakde Dani membicarakan tentang perjodohan.”“Oya….?! Tanggapanmu, bagaimana?”“Pakde mau memperkenalkan Indra pada seseorang dengan syarat Indra setuju. Tapi kalau Indra tidak memberi jawaban ya, Pakde tidak akan pernah mempertemukan kami. Menurut mama bagaimana?”“Mas Indra. Jodoh itu bagi Allah sangatlah mudah. Mama yakin, Pakde tidak sembarangan memperkenalkan kamu pada seorang muslimah. Sama seperti ketika kamu dikenalkan pada keluarga mama dan Ayah. Waktu itu mama dan Ayah percaya saja pada Pakde Dani. Mama dan Ayah tidak perlu bertanya banyak tentang latar belakang kamu. Nyatanya, mama tidak salah menerima kamu.”“Indra takut mengecewakan mama dan almarhum Ayah.”“Mas Indra, Mama cukup bangga terhadap kamu. Kamu taat terhadap agama, taat pada mama dan almarhum Ayah. Bahkan kamu menuruti kemauan Ayah ketika Ayah menginginkan kamu memilih jurusan di fakultas Pertanian. Kamu ingat, kamu diterima di Perguruan Tinggi favorit tanpa tes. Ya, walaupun akhirnya Ayah tidak pernah melihat kamu kuliah karena seminggu sebelum kamu mengikuti Ujian Nasional Ayah meninggal dunia karena serangan jantung subuh itu.”Indra meraih tanganku.“Tapi Ma. Sebenarnya sudah ada orang yang special di hati Indra. Indra tidak berani bilang sama Pakde. Takut mengecewakan Pakde.”“Lo, itu hak kamu Mas Indra. Kamu boleh menolak.” Uff, ternyata Indra sudah memiliki seseorang. Aku tak bisa memaksakan diri. Ya sudah, kalau memang dia bukan Indra salah tingkah, menunduk.“Kalau begitu coba kenalkan pada Mama.”“Insya Allah suatu saat.” Jawab ada yang tidak mungkin bagi Allah. Dulu ketika aku mengemasi pakaian-pakaian almarhum Ayah, Indra sempat bertanya mau dikemanakan. Kujawab akan aku berikan pada orang lain yang membutuhkan. Ternyata Indra tidak mengijinkan pakaian-pakaian itu diberikan pada orang lain.“Biar Indra pakai saja Ma. Baju dan kaos Ayah masih bagus dan cukup bila Indra pakai.”Setiap hari aku melihat Indra seperti berhadapan dengan almarhum Ayah. Indra mirip dengan almarhum. Aku memang menjaga jarak dengan Indra. Kedekatanku dengan Indra saat ini jauh berbeda dengan ketika almarhum Ayah masih ada. Lama-lama perasaan ini tak lagi seperti perasaan ibu pada anaknya. Bagaimanapun Indra bukan anak kandung, dan tak memiliki hubungan apapun denganku. Mungkin wajar bila tiba-tiba dalam hati timbul perasaan, seperti waktu aku merasakan getaran bersama Ayah. Aku berusaha untuk menepis perasaan itu, tapi tidak bisa. Maka ketika Indra lulus dan setelah wisuda sarjananya, aku bilang pada Mas Dani. Lalu Mas Dani mengatur masuk kamar Indra ketika dia sedang memasukkan beberapa helai baju ke dalam kopornya. Ya, baju-baju Ayah dan sebagian baju Indra sendiri.“Mau ke mana, kok mengemasi pakaian?”“Bingung, Ma. Indra harus bilang apa pada Pakde Dani. Indra jadi serba salah. Tidak hanya pada Pakde tetapi juga Mama.”“Lo, kok sama Mama juga?”“Ma, Pakde memberi waktu pada Indra beberapa hari untuk berpikir. Indra mau menyendiri dulu, sambil memohon pada Allah. Agar Allah memberikan yang terbaik buat Indra. Tapi sebelum Indra pergi, ingin mengajak Mama makan di luar dulu” Indra mengajakku ke tempat warung makan lesehan langganan kami, sewaktu Ayah masih hidup. Ayam kremes, kesukaan kami bertiga pagi menjelang siang ini kami tuntaskan dulu, baru ngobrol santai.“Ma, Indra mau menyampaikan sesuatu. Tapi Mama janji dulu, tidak marah.”Aku mengangguk. Benar kata Indra, setelah Ayah meninggal menurutnya aku berubah. Mulai cara berpakaian di rumah dan Indra merasakan kalau aku menjaga jarak padanya. Indra cukup tahu diri. Bagaimana pun Indra bukan siapa-siapa. Sungguh di luar dugaanku apa yang diungkapkan. Beruntung dia memiliki pegangan agama yang Indra ada temannya yang menjadi teman selingkuh ibu tirinya. Cerita perselingkuhan lainnya yang terjadi antara menantu dan mertuanya. Memang setan akan menggoda manusia sedemikian rupa. Bila iman tak kuat, pasti akan masuk perangkap setan bisa terjadi pada siapa saja. Tentang perselingkuhan! Sesama teman sekantor, antara anak dengan orang tua tiri, antara anak dengan orang tua angkat, mertua dan menantu. Tapi tidak dengan aku. Tanpa Ayah, aku memang membatasi hubungan dengan Indra. Aku mulai dengan memakai pakaian penutup aurat dan kerudung yang besar-besar.“Ma, belum pernah Indra mimpi bertemu Ayah, kecuali malam setelah ngobrol dengan Pakde Dani. Indra benar-benar kaget, apalagi Ayah berpesan titip dan jagain Mama. Indra kan tidak selamanya berada di rumah itu. Kalau berumah tangga, Indra mungkin akan meninggalkan rumah itu. Tapi Indra mau mengungkapkan sesuatu. Mungkin nanti Mama menganggap Indra kurang waras, tak tau diri, atau apalah… Indra terima.”“Iya, Mama siap dengarkan kamu.”“Ma, sudah lama Indra menaruh hati pada…, ehm, gimana ya.”“Lanjutkan.”“Jatuh cinta pada orang yang umurnya jauh lebih tua dari Indra.”“Nggak apa-apa.”“Orang yang sudah berjasa pada Indra terutama pendidikan Indra.”“Teruskan.”“Merawat dan membesarkan Indra, memberi makan, memberi tempat untuk berlindung, memberikan sesuatu yang Indra butuhkan dan inginkan.”Aku menatap Indra tajam. Sebelum Indra menyelesaikan pembicaraannya, aku memotong.“Segera bilang pada Pakde Dani!”“Lo, Mama kan belum tahu.”“Mama sudah tahu arah pembicaraanmu! Mama sudah tahu siapa dia!”“Mama marah?”Aku tersenyum, menggeleng.“Berikan jawaban pada Pakde Dani, kamu mau bertemu sama Pakde dan katakan semuanya. Tapi kalau kamu akan menyendiri dan pergi dari rumah beberapa hari, Mama tidak melarang.”“Maksud Mama?”“Kamu sudah dewasa, Mas Indra. Kamu pasti tahu apa yang Mama maksud.” OooooTiga hari terakhir, setelah shalat subuh rasa kantuk yang teramat hebat menyerangku. Badan serasa lemas. Sampai-sampai aku terlambat ke tempat kerja. Malah kemarin aku sampai dijemput Indra karena tidak mengangkat telpon. Padahal saat itu aku sudah janjian dengan sekolah-sekolah yang mau mengunjungi kebun sebagai tempat wisata ini semakin malas saja untuk mengangkat kaki. Indra masuk kamar.“Masih ngantuk.” Kataku“Mama sakit ya? Ke dokter, Ma.” Indra kelihatan cemas.“Gak papa. Sepertinya ada sesuatu pada Mama.”“Aku takut ada apa-apa seperti Ayah dulu.”“Mama terlambat haid.”“Maksudnya?”“Mama positif hamil.”Indra berbinar. Aku memang beberapa hari merahasiakan keterlambatan ini, mau bikin kejutan. Pernikahanku dengan Ayah selama 6 tahun kami tidak memiliki anak. Sementara menikah dengan Indra, anak angkatku baru 3 bulan, Allah sudah mempercayakan kepada kami, buah cinta tulus kami. Alhamdulillah, lengkap sudah kebahagiaan kami…. OooooKaranganyar, 19 Nopember 2013 Lihat Cerpen Selengkapnya

cerita dewasa ibu angkat