terashikmah47Friday, November 1, 2019 penyebab hati tetap gelisah meski rajin ibadah. PENYEBAB HATI TETAP GELISAH MESKI RAJIN BERIBADAH. Di samping seorang sufi, Abu Yazid Al Busthami juga adalah pengajar tasawuf, diantara jamaahnya, ada seorang santri yang juga memiliki murid yang banyak. Santri itu juga menjadi kyai bagi jamaahnya sendiri Katakunci: Spirit akademik, historis, kontekstual Pendahuluan Spirit akademik dalam Islam berawal dari wahyu pertama iqra’ dan telah terbukti dalam sejarah periode klasiknya. g. Dalam bidang tawawuf lahir sejumlah tokoh seperti Dhunnun al-Mis}ri, Abu Yazid al-Bustami, dan Husayn bin Mansur al-Hallaj. h. Dalam ilmu-ilmu pengetahuan AbuYazid Al Bustami beliau adalah anak dari Isa yang juga tokoh terkenal pada kalangan masyarakat di Bustami. Dilahirkan di bagian timur laut Persia pada tahun 188 Hijriah/874 Masehi. Pada pokok bahasan yang kedua mengenai konsep dari Abu Yazid adalah Baqa', baqa' memiliki asal kata yaitu baqiya, dari segi bahasa Baqa' memiliki pengertian KisahTiga Orang Musafir Dan Roti . Masuk dalam Katagori Humor Sufi. Isi ceritanya di awali dengan kerancuan pikiran, katakanlah, tidak ada yang mau mengalah, saling berebut dan memakan sendiri roti tersebut. Sedikit mirip dengan Kisah Peringatan Akan Air Baru yang sari maknanya lebih mendalam.. Berikut Kisah Tiga Orang Musafir Dan Roti, semoga bungkusan AbuYazid al-Busthami, al-Hallaj, Abdul Qadir al-Jilani, Rabi ïah al-Adawiyyah, al-Suhrawardi dan puncaknya pada Muhyiddin Ibn îArabi dan Jalal uddin Rumi. Dari Ibn îArabi kemudian muncul tokoh-tokoh besar misalnya; al-Qunawi, Abdulkarim al-Jilli, al-Qaysari, Abdurahman al-Jami, al-Faraghani, dan sebagainya. Seorangwaliyullah, Abu Yazid Al-Busthami pernah mukasyafah (dibukakan rahasia Allah). Beliau membaca “Subhanallah, Subhanallah..” Maka dari itu, kata Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Syeikh Abu Bakar Al-Baqilani, semua lafadz itu tidak bermakna. Yang memaknai itu hati masing-masing. Bahasa hanyalah media komunikasi. Kalimat tidak Memulihkankata sandi anda. email Anda. Sebuah kata sandi akan dikirimkan ke email Anda. BincangSyariah | Portal Islam Rahmatan lil Alamin Menyikapi Perbedaan Pendapat Dengan Bijak. Hengki Ferdiansyah-5 April 2018 1. Artikel Terkini. AbuYazid Al Busthami pelopor sufi pada suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya kusam dan keningnya selalu berkerutDengan murung lelaki itu mengaduTuan Guru sepanjang hidup saya rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Tak tau entry ni dari blog sapa. Kisah Tazkirah Ringkas Mutiara Kata. Disusun oleh beliau Kalimatdari ulama tasawuf Imam Abu Yazid Al-Busthami yang sering kita dengar adalah, Untuk meningkatkan kerelaan kita terhadap harta demi ilmu, maka dibutuhkan kata-kata mutiara yang menunjukkan bahwa pengorbanan kita sangat layak. Banyak sekali ungkapan-ungkapan dari Sahabat Ali Bin Abi Thalib mengenai keutamaan ilmu dibanding harta yang Bayazidmenjawab, "Karena kelihatannya kamu sedang memuji Allah, padahal sebenarnya kamu sedang memuji dirimu. Ketika kamu katakan: Tuhan mahasuci, seakan-akan kamu mensucikan Tuhan padahal kamu menonjolkan kesucian dirimu." "Kalau begitu," murid itu kembali meminta, "berilah saya nasihat lain." Bayazid menjawab, "Bukankah aku sudah bilang BincangSyariahCom – Kita mungkin sering bertanya mengapa cahaya ilahi sulit masuk ke dalam hati kita. Sebelum bertanya lebih jauh dan menduga yang tidak-tidak tanpa bertumpu pada alasan yang jelas, mari simak penjelasan Buya Syakur Yasin tentang cahaya ilahi dalam video di youtube channel Wamimma TV sebagai berikut:. Menurut Buya Syakur Yasin, AbuYazid Al-Busthami. Abu Yazid Al-Bustami adalah sufi abad III Hijriyah berkebangsaan Persia, lahir tahun 804 M/ 188H. 205 hubungan: Abad, Abdul Hamid Abulung al-Banjari, Abdul Qadir al-Jailani, Abdurrauf as-Singkili, Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Abu Hanifah, Adab, Adam, Setiapkali Abu Yazid tiba di depan sebuah masjid, beberapa saat lamanya ia akan berdiri terpaku dan menangis.”Mengapa engkau selalu berlaku demikian?” tanya seseorang. “Aku merasa diriku sebagai seorang wanita yang sedang haid. Aku merasa malu untuk masuk dan mengotori masjid”, jawabnya. Wajarbila diantara khalafaurrasyidin yang empat, Abu Bakar yang paling hafal wajah Rasulullah. Lebih dari itu, melalui raut wajah, Abu Bakar mengerti apa yang dirasakan Rasulullah meskipun tanpa melalui tutur kata bijak Rasulullah. Wajah disini bermakna luas. Artinya, tidak sekadar dimaksudkan khusus hanya pada wajah Rasulullah. AbuYazid Al-Bustami adalah sufi abad III Hijriyah berke bangsaan Persia, lahir tahun 804 M/ 188 H . [1] [2] [3] Nama kecilnya adalah Tayfur, sedang lengkapnya Abu Yazid Tayfur ibn Isa ibn Surusyan al-Busthami. [1] Dalam literatur -literatur tasawuf, namanya sering ditulis dengan Bayazid Bastami ( بايزيد بسطامى ). [4] 4VLw7i. “Cukurlah janggut dan rambutmu. Tanggalkan pakaianmu dan gantilah dengan cawat bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang di lehermu, kemudian kumpulkan anak-anak sebanyak mungkin dan katakan pada mereka,”Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap yang menampar kepalaku… JERNIH– Abu Yazid berkisah, “Dengan tatapan yang pasti aku memandang Allah setelah Dia membebaskan diriku dari semua makhluk-Nya, menerangi diriku dengan Cahaya-Nya, membukakan keajaiban-keajaiban rahasia-Nya dan menunjukkan kebesaran-Nya kepadaku. Setelah menatap Allah akupun memandang diriku sendiri dan merenungi rahasia serta hakekat diri ini. Cahaya diriku adalah kegelapan jika dibandingkan dengan Cahaya-Nya, kebesaran diriku sangat kecil jika dibandingkan dengan kebesaran-Nya, kemuliaan diriku hanyalah kesombongan yang sia-sia jika dibandingkan dengan kemuliaan-Nya.” “Di dalam Allah segalanya suci sedang di dalam diriku segalanya kotor dan cemar. Bila kurenungi kembali, maka tahulah aku bahwa aku hidup karena cahaya Allah. Aku menyadari kemuliaan diriku bersumber dari kemuliaan dan kebesaran-Nya. Apa pun yang telah kulakukan, hanya karena kemaha kuasaan-Nya. Apa pun yang telah terlihat oleh mata lahirku, sebenarnya melalui Dia. Aku memandang dengan mata keadilan dan realitas. Segala kebaktianku bersumber dari Allah, bukan dari diriku sendiri, sedang selama ini aku beranggapan bahwa akulah yang berbakti kepada-Nya.” “Hiasilah diriku dengan ke-Esaan-Mu, sehingga apabila hamba-hamba-Mu memandangku yang terpandang oleh mereka adalah ciptaan-Mu. Dan mereka akan melihat Sang Pencipta mata, bukan diriku ini. Keinginanku ini dikabulkan-Nya. Ditaruh-Nya mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku dan Ia membantuku mengalahkan jasmaniku. Setelah itu, Dia berkata, “Temuilah hamba-hamba-Ku itu.” “Maka kulanjutkan pula pengembaraan yang tak berkesudahan di lautan tanpa tepi itu untuk beberapa lama. Aku katakan, “Tidak ada seorang manusia pun yang pernah mencapai kemuliaan yang lebih tinggi daripada yang telah kucapai ini. Tidak mungkin ada tingkatan yang lebih tinggi daripada ini.” “Tetapi ketika kutajamkan pandangan ternyata kepalaku masih berada di telapak kaki seorang Nabi. Maka sadarlah aku, bahwa tingkat terakhir yang dapat dicapai oleh manusia-manusia suci hanyalah sebagai tingkatan awal dari kenabian. Mengenai tingkat terakhir dari kenabian tidak dapat kubayangkan. Kemudian ruhku menembus segala penjuru di dalam kerajaan Allah. Surga dan neraka ditunjukkan kepada ruhku itu tetapi ia tidak peduli. Apakah yang dapat menghadang dan membuatnya peduli?” “Semua sukma yang bukan Nabi yang ditemuinya tidak dipedulikannya. Ketika ruhku mencapai sukma manusia kesayangan Allah, Nabi Muhammad SAW, terlihatlah olehku seratus ribu lautan api yang tiada bertepi dan seribu tirai cahaya. Seandainya kujejakkan kaki ke dalam lautan api yang pertama itu, niscaya aku hangus binasa. Aku sedemikian gentar dan bingung sehinga aku menjadi sirna. Tetapi betapa pun besar keinginanku, aku tidak berani memandang tiang perkemahan Muhammad Rasulullah SAW. Walaupun aku telah berjumpa dengan Allah, tetapi aku tidak berani berjumpa dengan Muhammad Rasulullah SAW. “ Kemudian Abu Yazid berkata, “Ya Allah, segala sesuatu yang telah terlihat olehku adalah aku sendiri. Bagiku tiada jalan yang menuju kepada-Mu selama aku ini masih ada. Aku tidak dapat menembus keakuan ini, apakah yang harus kulakukan?” Maka terdengarlah perintah, “Untuk melepas keakuanmu itu ikutilah kekasih Kami, Muhammad SAW. Usaplah matamu dengan debu kakinya dan ikutilah jejaknya.” “Maka terjunlah aku ke dalam lautan api yang tak bertepi dan kutenggelamkan diriku ke dalam tirai-tirai cahaya yang mengelilingi Muhammad Rasululah SAW. Dan kemudian tak kulihat diriku sendiri, yang kulihat Muhammad Rasulullah SAW.” “Aku terdampar dan kulihat Abu Yazid berkata,”Aku adalah debu kaki Muhammad, maka aku akan mengikuti jejak beliau SAW.” ** Suatu hari Abu Yazid berjalan-jalan dengan beberapa orang muridnya. Jalan yang sedang mereka lalui sempit dan dari arah yang berlawanan datanglah seekor anjing. Abu Yazid menyingkir ke pinggir untuk memberi jalan kepada binatang itu. Salah seorang murid tidak menyetujui perbuatan Abu Yazid ini dan berkata,” Allah Yang Maha Besar telah memuliakan manusia di atas segala makhluk-makhluk-Nya. Abu Yazid adalah “Raja di antara kaum mistik”, tetapi dengan ketinggian martabatnya itu beserta murid-muridnya yang taat masih memberi jalan kepada seekor anjing. Apakah pantas perbuatan seperti itu?” Abu Yazid menjawab,” Anak muda, anjing tadi secara diam-diam telah berkata kepadaku, “Apakah dosaku dan apakah pahalamu pada awal kejadian, sehingga aku berpakaian kulit anjing dan engkau mengenakan jubah kehormatan sebagai raja di antara para mistik?” Begitulah yang sampai dalam pikiranku dan karena itulah aku memberi jalan kepadanya”. ** Ada seorang pertapa di antara tokoh suci terkenal di Bustham yang mempunyai banyak pengikut dan pengagum. Tetapi ia sendiri senantiasa mengikuti pelajaran yang diberikan Abu Yazid. Dengan tekun ia mendengarkan ceramah-ceramah Abu Yazid dan duduk bersama sahabat-sahabat beliau. Pada suatu hari berkatalah ia kepada Abu Yazid, “Pada hari ini genap tiga puluh tahun lamanya aku berpuasa dan memanjatkan do’a sepanjang malam sehingga aku tidak pernah tidur. Namun pengetahuan yang engkau sampaikan ini belum pernah menyentuh hatiku. Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan itu dan senang mendengarkan ceramah-ceramahmu.” “Walaupun engkau berpuasa siang malam selama tiga ratus tahun, sedikit pun dari ceramahku ini tidak akan dapat engkau hayati,” kata Abu Yazid. “Mengapa demikian?”tanya pertapa itu. “Karena matamu tertutup oleh dirimu sendiri,” jawab Abu Yazid. “Apakah yang harus kulakukan?”tanya pertapa. “Jika kukatakan, pasti engkau tidak mau menerimanya,”jawab Abu Yazid. “Akan kuterima. Katakanlah kepadaku agar kulakukan seperti yang engkau petuahkan.” “Baiklah,”jawab Abu Yazid. “Sekarang ini juga, cukurlah janggut dan rambutmu. Tanggalkan pakaian yang sedang engkau kenakan dan gantilah dengan cawat yang terbuat dari bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang di lehermu, kemudian pergilah ke tempat ramai. Kumpulkan anak-anak sebanyak mungkin dan katakan pada mereka,”Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap orang yang menampar kepalaku. Dengan cara yang sama pergilah berkeliling kota, terutama sekali ke tempat di mana orang-orang sudah mengenalmu. Itulah yang harus engkau lakukan.” “Maha besar Allah! Tiada Tuhan kecuali Allah!” ujar Sang Pertapa setelah mendengar kata-kata Abu Yazid itu. “Jika seorang kafir mengucapkan kata-kata itu niscaya ia menjadi seorang Muslim”, kata Abu Yazid. “Tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang sama engkau telah mempersekutukan Allah.” “Mengapa begitu?” tanya Pertapa. “Karena engkau merasa bahwa dirimu terlalu mulia untuk berbuat seperti yang telah kukatakan tadi. Kemudian engkau mencetuskan kata-kata tadi untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang penting, dan bukan untuk memuliakan Allah. Dengan demikian bukankah engkau telah mempersekutukan Allah?” “Saran-saranmu tadi tidak dapat kulaksanakan. Berikanlah saran-saran yang lain,” kata Pertapa, keberatan. “Hanya itu yang dapat kusarankan,”Abu Yazid menegaskan. “Aku tak sanggup melaksanakannya,” Si Pertapa mengulangi kata-katanya. “Bukankah telah aku katakan bahwa engkau tidak akan sanggup untuk melaksanakannya dan engkau tidak akan menuruti kata-kataku,” kata Abu Yazid. ** “Engkau dapat berjalan di atas air,” orang-orang berkata kepada Abu Yazid. “Sepotong kayu pun dapat melakukan hal itu,”jawab Abu Yazid. “Engkau dapat terbang di angkasa”. “Seekor burung dapat melakukan itu.” “Engkau dapat pergi ke Kakbah dalam satu malam.” ”Setiap orang sakti dapat melakukan perjalanan dari India ke Demavand dalam satu malam.” “Jika demikian, apakah yang harus dilakukan oleh manusia-manusia sejati?” tanya mereka kepada Abu Yazid. Abu Yazid menjawab, “Seorang manusia sejati tidak akan menautkan hatinya kepada selain Allah SWT.” ** Sedemikian khusyuknya Abu Yazid dalam berbakti kepada Allah, sehingga setiap hari apabila ditegur murid yang senantiasa menyertainya selama 20 tahun, ia akan bertanya,”Anakku, siapakah namamu?” Suatu ketika murid tersebut berkata pada Abu Yazid,” Guru, apakah engkau memper-olok-olokkanku? Telah 20 tahun aku mengabdi kepadamu, tetapi setiap hari engkau menanyakan namaku.” “Anakku,” Abu Yazid menjawab,”Aku tidak memperolok-olokkanmu. Tetapi nama-Nya telah memenuhi hatiku dan telah menyisihkan nama-nama yang lain. Setiap kali aku mendengar sebuah nama yang lain, segeralah nama itu terlupakan olehku.” ** Abu Yazid bercerita,”Suatu hari ketika sedang duduk-duduk, datanglah se Connection timed out Error code 522 2023-06-15 093250 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d79ce20f8151c9a • Your IP • Performance & security by Cloudflare

kata mutiara abu yazid al busthami